Komunitas Pecinta Ganjar-Mahfud (Kopi Gama) bersama BEM Universitas Darul Ulum dan Kabinet Nayaka menggelar Talk Show bareng Alam Ganjar bahas Gen Z dalam Kepemimpinan Masa Depan di Auditorium Universitas Darul Ulum Jombang, Selasa (30/1/2024).
Talk show ini dihadiri ratusan Gen Z dari berbagai kampus dan sekolah di Jawa Timur.
“Bagaimana peran Gen Z untuk menciptakan pemilu damai di masyarakat, Mas Alam?” tanya Jihan, mahasiswi STIKES HUSADA Jombang.
“Pertanyaan yang bagus, saya disini untuk diskusi, menjawab pertanyaan tadi, tugas Gen Z yang paling pokok untuk pemilu damai adalah memanusiakan manusia, lihatlah yang sedulur-sedulur ajak berdiskusi, lihatlah sebagai manusia, hormati kemanusiaannya,” jelas Alam Ganjar.
Menurut Alam Ganjar, diskusi semacam ini sangat penting digelar dan dibuat sesering mungkin, pun misalnya kita dalam satu ruangan ini berbeda pendapat, tapi pendapatnya diuji dalam forum yang rasional. Talk show di Auditorium Universitas Darul Ulum ini berlangsung meriah, Gen Z begitu bersemangat bertanya dan saling terbuka argumentasinya.
“Bagaimana langkah-langkah Gen Z untuk menjaga budaya santri yang mengikuti Kyai, sementara banyak Kyai yang berbeda dukungan dalam pemilu 2024 ini Gus Paox?” tanya Hanan, santri Ponpes Manbaul Ulum Pamekasan yang juga mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Jombang.
“Pertanyaan yang bagus sekali. Teman teman disini baca Adabul ‘Alim Wal Muta’allim kan, disitu diberikan pemahaman bagaimana adab santri terhadap Kyai dan adab Kyai kepada santri. Coba ditanyakan alasan memilih salah satu calon dalam pemilu, pasti Kyai memberikan alasan yang baik. Yang perlu diingat, waktu nyoblos itu sendiri-sendiri, dan nanti di akhirat dipertanggungjawabkan sendiri sendiri, bukan rame rame,” jawab Gus Paox Iben, Ketua Kopi Gama.
Seperti diumumkan oleh KPU RI, bahwa jumlah pemilih Gen Z dan Generasi Milenial jumlahnya sekitar 56 persen jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap 2024.
“Menjadi sukses itu proses, bukan tiba-tiba. Lulus kuliah pendidikan perguruan, mengabdi dulu di sekolah jadi P3K, trus ikut tes calon ASN dan kalau lolos baru penempatan. Ini sebuah adab tata cara menaiki tangga, bukan melompat, menghalalkan segala cara,” ungkap Agil Wahyu, alumni Institut Teknologi Surabaya.